Senin, 21 November 2011

Bagai makan buah SIMALAKAMA = keadaan yang serba salah


Kita tentu sangat mengenal dengan ungkapan “bagai makan buah simalakama”. Ungkapan tersebut biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan yang serba sulit ketika kita dihadapkan pada dua permasalahan dan harus memilih salah satu diantaranya.

Sebenarnya buah simalakama bukanlah sesuatu yang selayaknya membuat kita bimbang. Orang-orang Melayu dulu membuat permisalan ini karena kebimbangan mereka ketika mendapati buah simalakama. Mau dimakan rasanya pahit, tapi mau dibuang sayang karena khasiatnya yang luar biasa.

Buah simalakama atau kita kenal dengan nama buah Mahkota Dewa (Phaleria microcarpa) adalah satu dari sekian banyak tanaman obat berkhasiat yang ada nusantara. Buah asal Papua yang dikenal berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis kanker ini memiliki kandungan beberapa zat aktif seperti alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.

Alkaloid memiliki sifat detoksifikasi yang mampu menetralkan racun dalam tubuh sedangkan saponin yang terkandung dalam buah Mahkota Dewa bermanfaat sebagai antibakteri dan antivirus. Saponin ini juga mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kadar gula darah, meningkatkan vitalitas dan mengurangi penggumpalan darah.

Sementara itu flavonoid dalam buah Mahkota Dewa berkhasiat untuk melancarkan sistem peredaran darah dan mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Flavonoid juga bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi timbunan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga resiko penyakit jantung koroner dapat dikurangi. Flavonoid juga yang membuat Mahkota Dewa masyhur dikenal sebagai antioksidan alami, antiradang dan mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Mahkota Dewa juga dikenal sebagai obat antialergi karena memiliki kandungan polifenol yang bersifat antihistamin.

Menurut sebuah penelitian oleh tim FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) UI, didapat temuan bahwa Mahkota Dewa memiliki prospek sebagai herbal anti kanker.

Sebagaimana dilansir oleh kompas.co.id, dari penelitian tersebut diketahui bahwa BaP memiliki kemampuan untuk menginduksi kematian sel apoptosis dengan persentase kematian sel yang bersifat apoptosis mencapai 15 persen.

Menurut para peneliti ini, pengujian Mahkota Dewa sebagai bahan herbal yang bersifat anti kanker masih perlu penelitian lebih jauh dan itu dilakukan pada berbagai jenis sel kanker yang ada.

Selain mampu memerangi kanker, Mahkota Dewa juga berkhasiat untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti jantung, liver, diabetes, darah tinggi, rematik, asam urat tinggi dan penyakit ginjal. Bahkan Mahkota Dewa juga bermanfaat untuk penambah stamina yang tak kalah dengan obat-obat suplemen yang sudah ada sekarang. Ramuan Mahkota Dewa dicampur dengan ramuan jahe merah ternyata mampu membangkitkan “si Thole” yang telah lama tidur lelap.

Namun meski pengobatan herbal relatif aman dibanding pengobatan konvensional, pengobatan dengan Mahkota Dewa tidak boleh dilakukan secara serampangan. Konsultasi dengan para herbalis, apoteker dan juga dokter tetap perlu dilakukan terkait dengan dosis, cara pemakaian dan penegakan diagnosa.

Mahkota Dewa memang memiliki segudang khasiat, namun perlu diperhatikan bahwa biji Mahkota Dewa mengandung racun. Biji Mahkota Dewa dapat menyebabkan mabuk dan tertidur lemas. Oleh karena itu terapi pengobatan herbal dengan Mahkota Dewa (dan juga yang lain) perlu mendapat pendampinga atau setidaknya mengikuti anjuran dosis dari para ahli pengobatan.

Source : http://lamalifherbal.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar